Kelompok 4,
Psikologi Pendidikan.
Bagaimana Implikasi
Pendidikan dalam Tahap Perkembangan
1.
Masa
kanak-kanak (masa prasekolah) usia 2-6 tahun
Pada
periode ini suasana pendidikan yang baik dan tepat adalah dalam suasana
kekeluargaan dan dengan prinsip asih(mengasihi), asah(memahirkan), dan
asuh(membimbing). Anak dapat bertumbuh dengan baik jika mendapatkan perlakuan
kasih sayang, pengasuhan yang penuh pengertian dan dalam situasi damai dan
harmoni. Kegiatan pembelajaran itu bagaikan kegiatan-kegiatan yang disengaja,
namun sekaligus alamiah seperti bermain “ditaman” bermain sambil belajar yang
memungkinkan anak belajar dalam dunia permainan yang dapat memperluas
pengetahuan dan sosial antar sesama.
Pembelajaran
pada anak usia dini dapat dilaksanakan dengan menggunakan beberapa metode
yaitu:
1. Bercerita:
bercerita sebaiknya diberikan semenarik mungkin dan membuka kesempatan bagi
anak untuk bertanya dan memberikan tanggapan setelah cerita selesai.
2. Bernyanyi:
bernyanyi adalah kegiatan dalam melagukan pesan-pesan yang mengandung unsur
pendidikan. Bernyanyi dapat menumbuhkan rasa estetika.
3. Berdarmawisata:
kunjungan secara langsung ke obyek-obyek yang sesuai dengan bahan kegiatan yang
dibahas di lingkungan kehidupan anak.untuk melihat, mendengar, merasakan,
mengalami langsung berbagai keadaan atau peristiwa di lingkungannya. Bisa
berdarmawisata ke pasar, sawah, pantai, kebun, dan lainnya.
4. Bermain
peran: merupakan kegiatan menirukan perbuatan orang lain disekitarnya. Hal ini
dapat mengembangkan daya khayal (imajinasi) dan penghayatan anak.
5. Peragaan/Demontrasi:
kegiatan dimana tenaga pendidik/tutor memberikan contoh terlebih dulu, kemudian
ditirukan anak-anak. Hal ini dapat melatih keterampilan dan cara-cara yang
memerlukan contoh yang benar.
6. Pemberian
tugas: merupakan metode yang memberikan kesempatan pada anak untuk melaksanakan
tugas berdasarkan petunjuk langsung yang telah dipersiapkan sehingga anak dapat
mengalami secara nyata dan tuntas.
7. Latihan:
kegiatan melatih anak untuk menguasai khususnya kemampuan psikomotorik yang
menuntuk kooardinasi antara otot-otot dengan mata dan otak. Latihan diberikan
sesuai dengan langkah-langkah secara berurutan.
2.
Masa
kanak-kanak Akhir ( usia 6-12 tahun)
Pada
periode ini, tahap kognitif anak usia SD sudah berada pada tahap operasional-konkret.
Mereka
mampu berpikir logis tentang suatu objek dan kejadian, mampu mengklarifikasi
objek, dan menguasai konversi jumlah dan berat.
Beberapa
cara pembelajaran yang diharapkan untuk para pendidik dalam pengajaran anak
usia SD:
· Cara pembelajaran yang lebih terbuka, lansung
memberikan kesempatan anak berperan dalam mengoptimalkan perkembangan fisik,
kognitif dan moral mereka.
· Program pembelajaran yang fleksibel dan tidak
kaku serta membedakan perbedaan individu, tidak monoton.
· Menerapkan banyak alat peraga ataupun objek
dalam pembelajaran.
· Memuji anak ketika mereka berhasil mengerjakan
sesuatu dengan baik dan menyemangati mereka bila belum melakukan sesuatu secara
optimal.
· Menyampaikan segala sesuatu yang baik dalam
pembelajaran karena pada periode ini, anak usia SD akan patuh pada orang yang
dihormati.
· Mendorong
anak untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan dan dalam berbagai
kegiatan sekolah.
· Memberi
kebebasan kepada anak untuk mengeksplorasi lingkungan,mendorong rasa ingintahu
mereka.
· Penerimaan
positif tanpa syarat kelebihan dan kekurangan anak,tidak membeda-bedakan anak
yang satu dengan yang lain.
3.
Masa
Remaja (adolescense) 11/12 tahun – 18/24 tahun
Pada
tahap ini, peserta didik sudah mampu berpikir
abstrak dan logis, dengan menggunakan simbol-simbol tertentu atau
mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal yang tidak terikat lagi oleh
objek-objek yang bersifat konkrit, seperti peningkatan kemampuan analisis,
kemampuan mengembangkan suatu kemungkinan berdasarkan dua atau lebih
kemungkinan yang ada, kemampuan menarik generalisasi dan inferensasi dari
berbagai kategori objek yang beragam. Selain itu, ada peningkatan fungsi
intelektual, kapabilitas memori dalam bahasa dan perkembangan konseptual.
Cara
berfikir kausatif. Hal ini
menyangkut tentang hubungan sebab akibat. Peserta didik sudah mulai berfikir
kritis sehingga ia akan melawan bila orang tua, guru, lingkungan, masih
menganggapnya sebagai anak kecil. Mereka tidak akan terima jika dilarang melakukan
sesuatu oleh orang yang lebih tua tanpa diberikan penjelasan yang logis.
Masa
remaja awal ini merupakan puncak emosionalitas bagi peserta didik, yaitu perkembangan emosi yang tinggi.
Pertumbuhan fisik, terutama ogran seksual mempengaruhi perkembangan emosi dan
dorongan baru yang dialami sebelumnya seperti perasaan cinta. Pada usia remaja
awal, perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif yang
sangat kuat terhadap berbagai peristiwa, emosinya bersifat negatif dan
tempramental.
Pada
tahap ini masa SMP dan SMA juga termasuk dalam periode adolscense ini
Pada
Periode ini, Implikasi Pendidikan yang
baik dan Tepat bagi Peserta Didik
(SMP) yaitu, antara lain:
1. Bahwa
belajar akan bermakna kalau input (materi pelajaran) sesuai dengan minat dan
bakat peserta didik . Pembelajaran akan
berhasil kalau penyusun silabus dan guru mampu menyesuaikan tingkat kesulitan
dan variasi input dengan harapan serta karakteristik peserta didik sehingga motivasi belajar mereka berada pada
tingkat maksimal.
2. Guru
mampu meramu pembelajaran yang sesuai dengan karakter peserta didik yang
dipadukan dengan karakteristik masing-masing mata pelajaran, sehingga akan
dapat membantu peserta didik untuk melalukan eksplorasi dan elaborasi dalam
rangka membangun konsep.
3. Guru
harus memberi materi pelajaran yang merangsang dan menantang, kadang para
peserta didik merasa bosan dan tidak tertarik dengan materi yang sedang
diajarkan. Untuk menghindari gejala yang seperti ini guru harus memilih dan
mengorganisir materi sedemikikan rupa sehingga merangsang dan menantang siswa
untuk mempelajarinya.
4. Berikan
penguatan kepada peserta didik, penguatan atau reinforcement mempunyai efek
yang besar jika sering diberikan kepada peserta didik. Setiap keberhasilan
siswa sekecil apapun, hendaknya ditanggapi dengan memberikan penghargaan.
5. Guru
mendorong peserta didik untuk berfikir, melalui pertanyaan-pertanyaan terbuka
dan mendorong peserta didik untuk bertanya sesama teman.
6. Perlunya
disiapkan program pendidikan atau bimbingan yang memfasilitasi perkembangan
kemampuan berpikir peserta didik (remaja).
7. Orang
tua harus mampu menangani masalah si anak (Peserta didik) dengan melakukan
pendekatan yang baik, bukan dengan memarahi atau yang dapat membuat si anak
tidak mau menceritakan masalah nya kepada orang tua sendiri, sehingga pada
akhirnya si anak akan mengambil keputusan sendiri, dan salah mengambil
keputusan.
Guru
memberikan tugas-tugas kepada peserta didik yang terarah pada pelatihan
kemampuan mengklasifikasi, menganalisis, memprediksi, dan menciptakan
Implikasi
Pendidikan untuk anak usia SMA
Beberapa
ciri yang kita harus tahu terlebih dahulu yang terjadi di usia ini ialah :
-
Aktifnya hormone seksual
-
Emosi yang tidak
stabil,berubah-ubah dan cenderung meledak- ledak.
-
Mulai tertarik atau
berteman dengan lawan jenis
Adapun
dilihat dari perkembangan kognitifnya ialah operasional.
-
Mampu berfikir logil
mengenai suatu yang abstrak
-
Menaruh perhatian tentang
masa depan,konsep,hipotesis
-
Pola pikir cenderung
egoisentris
-
Perkembangan identitas
diri (biasanya ia mencara idolanya atau tokoh yang ia senangi)
Pada
periode ini motivasi merupakan
tenaga dorong untuk :
·
Mencari dan menemukan
nformasi mengenai hal hal yang dipelajari
·
Menyerap informasi dan
mengolahnya
·
Mengubah informasi yang
di dapat menjadi suatu hasil
·
Menerapkan hasil ini
dalam kehidupan
Agar
motivasi ini dapat terpelihara pendidik perlu menciptakan suasana belajar yang
positif dan menyajikan langkah langkah
yang mendorong peserta didik untuk ingin belajar dan ingin menerapkan
hal hal yang dipelajari , seperti:
Menciptakan Suasana
Belajar Yang Positif
·
Pengajar menciptakan
suasana pemecahan masalah orang dewasa di dalam kelas
·
Pengajar bersifat empatik
, dengan menunjukan bahwa pengajar memahami situasi , perasaan dan kebutuhan
peserta didik
·
Pengajar berperilaku
sebagai dirinya sendiri , tidak perlu berpura pura atau berlagak profesional.
Membuka diri dan membagi pengalaman sebagai ilustrasi atau contoh ide ide dapat
besar manfaatnya, dan dapat membantu empati
·
Pengajar memusatkan
masalah pada kebutuhan dan masalah masalah peserta didik , bukan pada hal hal
yang ditentukan sebelumnya.
·
Kegiatan kegiatan harus
dirancang sedemikian rupa sehingga memperjelas tujuan belajar masing masing
peserta dan membantu mereka untuk merenanakan penerapannya
·
Tidak selalu memakai
metode punishment karena dimasa ini mereka sudah mengenal mana yang baik dan
mana yang tidak baik. Lebih membuat briefing atau arahan motivasi kepada mereka
agar bisa mencapai apa yang mereka inginkan di masa depan. Terutama pada orang
yang disekitar mereka.
·
Biarkan mereka
mengeluarkan bakat seni atau potensi-potensi dalam diri mereka. Masa SMA ini
biasanya aktif dengan ekstrakulikuler. Peran yang harus diambil ialah mendukung
mereka dan memberikan masukan yang positif serta arahan. Dan berikan pengertian
apa yang terjadi jika mereka terlalu fokus dengan kegiatan tersebut pada
konsentrasi belajar mereka.